So, kali ini kita akan sedikit mengintip kisah dan pengalaman hidup Para Ilmuwan Muslim, mereka yang memiliki banyak pengaruh bagi umat manusia dengan ilmunya. Untuk menginspirasi dan memacu kita sendiri agar dapat meneruskan perjuangan mereka atau menerapkan walau bukan dalam bidang yang sama.
Sebagai permulaan kita akan ikut berpetualang dalam kehidupan seorang IBNU BATHUTAH. Mungkin banyak yang udah sering mendengar nama Ibnu Bathuthah disebut-sebut, tapi siapakah ia sebenarnya?
Ibnu Bathutah adalah seorang yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk berkelana berkeliling dunia (Uhm, kalo istilah sekarangnya mungkin “traveler” ya?) yang memulai pengembaraannya dari umur yang relative muda yaitu 21 tahun dengan hanya berjalan kaki menelusuri gurun di Afrika Utara hingga ke Mesir. Hal yang mustahil akan dilakukan oleh banyak orang jaman sekarang kan? *ya iyalah secara.. emang mau sampe kapan jalan ke Mesir? ampe jenggotan?,
Yupz, emang gitulah pikiran orang jaman sekarang yang berjiwa serba instan. Ibnu Bathutah berbeda dan karena itulah keistimewaannya. Ia menyadari bahwa hidup ini memiliki banyak hikmah di dalamnya bagi mereka yang berpikir, karena itulah untuk memahami hidup tidak mudah. Kita harus melewati banyak proses.
Kaya' kata Plutarch; "Those who aim at great deeds must also suffer greatly." Yah, emang udah kodrat alam kali ya kalo,"Makin tinggi dan besar pohonnya makin kencang angin yang menerjangnya."
Walau sulit yang harus dihadapi tapi itulah kehidupan.
"If you never climb a hill, you will never know it is different from plain." (Texas Bix Bender)
Karena telah banyak mengetahui asam garam kehidupan sedari muda, Ibnu Bathutah menjadi sosok yang arif sehingga walaupun perjalanannya ke Mesir saat itu rawan ia berhasil bersembunyi dan menghindar dari jalur berbahaya bahkan memikat Penguasa Mesir saat itu, Sultan Mameluk yang bernama Sultan Muhammad yang bahkan memberinya bekal perjalanan ke Palestina dan Suriah.
Di Suriah, Ibnu Bathutah banyak membantu dalam pemerintahan seperti mencatat efisiensi pengelolaan sumbangan kota, dll. Namun, perjalanannya belum berakhir. Mesopotamia dan sekitarnya adalh wilayah jelajahannya, kemudian ke Yaman dan Kenya lalu memutar ke Teluk Persia singgah di Konstantinopel, Delhi (India). Di sinilah ia diangkat menjadi Duta Besar ke China oleh Sultan Delhi saat itu (Muhammad bin Tulghuk). dalam perjalanan ke sanalah ia melintasi banyak daerah bahkan hingga ke Kesultanan Samudera Pasai, di Pulau Sumatera, Aceh.
Setelah melaksanakan amanah itu, ia kembali ke Suriah dan mudik ke Maroko namun ia masih melihat banyaknya praktek kanibalisasi ketika kembali mengembara ke daerah selatan. Saat itulah ia dipanggil Allah Swt dalam umur 73 tahun.
Namun, catatan pengembaraannya masih menginspirasi banyak orang hingga saat ini dan tetap menjadi panduan. Ayo, siapakah penerus perjuangan Ibnu Bathutah selanjutnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar